Rabu, 06 Januari 2010

Menjadi guru Inspiratif


Judul buku : Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa
Penulis : Ngainun Na`im
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2009
Tebal buku : xvi + 289 halaman

SETIAP orang, sebenarnya bisa menjadi guru. Tapi, tak dapat disangkal kalau tidak semua orang mampu menjadi guru yang baik, mampu mengobarkan semangat, memberi inspirasi, memancarkan energi, mencerahkan, sekaligus menanamkan pengaruh yang luar biasa hingga bisa membekas sepanjang hidup dalam benak dan jiwa siswa. Padahal, guru yang mampu menginspirasi dan mencerahkan itulah yang saat ini dibutuhkan negeri ini, karena guru semacam itu akan mengantarkan kesuksesan siswa di kelak kemudian hari dan membawa kemajuan bangsa.

Sayang, guru yang inspiratif dan mencerahkan seperti itu tidaklah banyak. Sebagian besar guru tidak jarang hanya guru kurikulum, tidak meninggalkan kesan mendalam di benak para siswa sebab tidak banyak hal penting yang diwariskan. Pendek kata, apa yang diberikan tidak lebih hanya sekedar pengetahuan dan wawasan yang menjadi tugasnya –sosok guru yang hanya patuh pada kurikulum sebagaimana isi buku yang ditugaskan sesuai dengan acuan kurikulum. Guru yang hanya sekedar mengajar tapi tak dapat berperan sekaligus sebagai pendidik. Padahal, untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan siswa, jelas-jelas dibutuhkan guru yang tak sekedar mengajar sesuai kurikulum melainkan bisa menginspirasi dan mempengaruhi sekaligus mengubah jalan hidup anak didik menjadi lebih baik. Lebih ironis, tak jarang ada sosok guru justru tampil dengan wajah sangar, menakutkan, dan tak menjadikan murid tumbuh semangat menuntut ilmu.


Fenomena mengenaskan dengan minimnya guru inspiratif di satu sisi dan tak sedikit guru yang justru menakutkan di sisi yang lain itulah yang menggelisahkan penulis buku ini -yang menjadi salah satu staff pendidik di STAIN Tulungagung– tergerak untuk menulis buku Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa dengan harapan untuk memantik spirit dan kesadaran para guru untuk bisa menjadi “sosok yang inspiratif dan mampu mengubah” kehidupan siswa. Karena keberadaan guru inspiratif seperti itu –di mata penulis– yang kini ini menempuh pendidikan S3 Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini bisa mengantarkan murid meraih kehidupan yang bermakna dan berkualitas.

Harapan penulis itu bisa dipahami, karena guru inspiratif adalah guru yang mampu menularkan pengetahuan dan sekaligus menggerakan perubahan dan mempengaruhi siswa. Jadi, guru inspiratif bukanlah sekedar guru kurikulum, tapi mampu mengembangkan potensi dan kemampuan siswa, berpikir kreatif dan mampu melahirkan siswa yang tangguh dan siap menghadapi aneka tantangan dan perubahan (hal. 73). Guru yang tak hanya mengajar sebagai kewajiban sebagaimana ditentukan kurikulum tapi senantiasa berusaha maksimal mengembangkan potensi, wawasan, cara pandang dan orientasi siswa. Karena kesuksesan mengajar seorang guru tak diukur secara kuantitatif dari angka-angka yang diperoleh dalam evaluasi, tetapi bagaimana guru itu memberi sumbangsih yang berarti bagi siswa dalam menjalani kehidupan selanjutnya setelah menyelesaikan masa studi.

Bagaimana menjadi guru yang inspiratif? Ngainun Naim sadar sepenuhnya, menjadi guru inspiratif tidak gampang. Hal itu dikarenakan, guru inspiratif tidak bersifat permanen. Spirit inspiratif -yang dimiliki guru inspiratif– kadang bisa memudar. Tetapi, kalau jiwa guru itu sudah diberkati anugerah inspiratif, yang diperlukan adalah bagaimana ia kemudian selalu berusaha menemukan pemantik atau penyulut spirit inspirasi. Untuk menyulut kembali spirit inspirasi itu, tentu setiap guru punya cara sendiri. Tapi, bagi penulis buku ini setidaknya bisa dibangun dengan tiga elemen; komitmen (berkomitmen selalu menginspirasi siswa), cinta (memiliki kecintaan dalam mendidik) dan memiliki visi.

Dengan peran guru inspiratif yang memiliki komitmen, cinta dan visi itu tentu murid akan mampu terbangkit potensi dan minatnya untuk menguasai pelajaran. Di sisi lain, memiliki sikap dan “semangat tinggi untuk terus maju”, kreatif, tercerahkan dan bahkan termotivasi untuk bisa sukses. Karena guru inspiratif semacam itu memiliki semangat terus belajar, kompeten,ikhlas dalam mengajar, mendasarkan niat mengajar pada “landasan spiritualitas”, total, kreatif, dan selalu berusaha mendorong siswa untuk maju.

Potensi kreatif itulah yang menjadikan guru inspiratif tidak pernah kehilangan cara dan media dalam mendidik. Ia bisa membangun iklim pembelajaran dengan seribu cara. Tak mustahil, jika murid akan selalu merindukan guru semacam itu hadir terus di kelas sehingga kadang tak terasa jika pelajaran yang sudah berlangsung dua jam seperti tidak terasa. Usai pelajaran, murid mendapatkan pencerahan, termotivasi dan pelajaran tertanam dalam benak para siswa. Lebih dari itu, siswa menjadi “inspiratif” sehingga mereka mengalami revolusi diri; berubah lebih baik, mengenal bakat terpendam yang dimiliki dan kreatif.

Buku hasil pergulatan, diskusi dan perenungan penulis ini tak dapat disangkal memberikan sumbangsih yang berarti bagi khazanah pendidikan di negeri ini. Apalagi tuntutan menjadi guru inspiratif tak bisa dinafikan. Maklum, guru adalah penggerak roda peradaban bangsa dan peran guru inspiratif akan membawa kemajuan bangsa kita ke depan. Tak mustahil, jika buku ini patut menjadi sebagai bacaan bagi guru dan orang yang ingin menjadi guru. Sejumlah kisah-kisah inspiratif dalam buku ini pun, tidak ditepis bisa menjadi motivasi dan pembanding bagi guru dalam menghadapi kasus-kasus yang dihadapi untuk menjadikan anak didik tercerahkan dan kreatif. Buku ini pun akan mengantar setiap orang yang punya minat untuk menjadi pendidik akan jadi guru yang menginspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar