Rabu, 03 Februari 2010

Resensi Buku Mahatma Gandhi


Judul Buku : SEMUA MANUSIA BERSAUDARA
Penulis : Mahatma Gandhi
Penerbit : Yayasan obor Indonesia-Yogyakarta
Jumlah Hlm : 350 hlm
Harga :Rp.70.000 (diskon 20%)

“Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh,” (Mohandeas Karamchand Gandhi)

Buku berjudul asli All Men are Brother ini berisikan kisah kehidupan dan pandangan Mahatma Gandhi yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia secara menyeluruh. Banyak hal yang diutarakan oleh Gandhi antara lain tentang Agama dan Kebenaran, Cara dan tujuan, bagaimana mengendalikan diri, apa itu perdamaian dunia, beda manusia dengan mesin, bahwa kemiskinan ada di tengah-tengah kelimpahan, demokrasi dan rakyat, pendidikan, kaum wanita, serta serba-serbi pandangan Mahatma Gandhi lainnya. Semua ini secara lengkap dipaparkan dalam semua manusia bersaudara.
Lahir di Negara bagian Gurajat, India pada 02 oktober 1869, Gandhi pada perkembangannya terpengaruh oleh tulisan-tulisan Tolstoy dan Thoreau. Setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum University College, London (1891), Gandhi membuka praktik hukumnya di Bombay. Tapi sayang, kariernya sebagai pengacara tidak berlangsung lama. Gandhi lantas berangkat ke Durban, Afrika Selatan dan bekerja untuk sebuah biro hokum India. Di sana, ia dan rekan-rekannya mendapat perlakuan sebagai ras yang lebih rendah oleh orang kulit putih Afrika. Gandhi pun segera terlibat dalam membela hak-hak warga india di Afrika Selatan.

Pada 1919, parlemen meloloskan Rowlat Acts yang memberikan kekuasaan darurat kepada pemerintah colonial India untuk menindak aktivis revolusioner. Kebijakan itu memicu demonstasi besar yang menimbulkan pembantaian warga India oleh tentara Inggris di Amritsar. Setiaknya 400 warga India terbunuh dalam insiden itu.

Pada 1947, India dan Pakistan menjadi dua Negara terpisah. Npemisahan ini mengakibatkan kerusuhan yang berkanjut. Gandhi kembali menyerukan perdamaian. Sebuah seruan mulia namun tak semua suka. Pada 30 Januari 1948, ia ditembak Nathuram Godse. Gandhi, sang penyeru perdamaian itu tewas di usia 78 tahun.

Resensi Buku CIKEAS MENJAWAB


Judul Buku : CIKEAS MENJAWAB, Tentang Yayasan-yayasan Cikeas, Tim Sukses SBY-Boediono, dan Skandal Bank Century
Penulis : Garda Maeswara
Penerbit : Narasi-Yogyakarta
Jumlah Hlm : ± 250 hlm
Harga :Rp.36.000 (diskon 20%)


“Kita nggak usah repot-repot dengan adanya komentar, kalo kita tau apa yang kita lakukan itu baik.” (laksamana TNI (purn) Sudomo – Tokoh Orde baru.

“Saya nggak tertarik baca bukunya (Membongkar Gurita Cikeas), isinya selalu kompilasi isu, campuran antara data dan isu sehingga tidak banyak manfaatnya untuk dijadikan data mengambil kebijakan.”Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahmud MD.

“…Tidak dapat disebut sebagai karya ilmiah, melainkan propaganda,” jimmly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mengomentari buku Membongkar Gurita Cikeas

“Itu fitnah 1.000 persen!” Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian menanggapi buku membongkar Gurita Cikeas.

“…buktikan saja, Dulu zaman saya (pemerintahan megawati) juga begitu. Ada Gurita kepresidenan. Saya, Gusdur, dan soeharto mengalaminya.” Taufik Kiemas menanggapi buku Membongkar Gurita Cikeas.

“Di dalam buku itu (Membongkar Gurita Cikeas) disebutkan dengan fakta-fakta yang sepertinya tidak akurat dan tidak mengandung kebenaran yang hakiki. Ini yang di prihatinkan presiden.” Aldrin Pasha – juru bicara Presiden SBY.

Saya mendapat info yang masih sepihak, buku ini merupakan gabungan dari berbagai sumber sekunder, sperti internet, jurnal dan Koran. Data-data ini lkemudian digabung-gabungkan, tidak ada hasil penelitian sendiri,” Amien Rais mengomentari buku Membongkar Gurita Cikeas.

Buku ini seperti itu (Membongkar Gurita Cikeas) hanya dianggap sebagai hiburan, layaknya sinetron mistik dan infotainment.” Anas Urbaningrum – Ketua DPP partai Demokrat.