Jumat, 24 Desember 2010

Sajak Rindu Bagi Rosul

Judul Buku: Sajak Rindu Bagi Rasul
Editor: Jabrohim, dkk.
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: I, 2010
Tebal: 326 halaman

Manusia dibekali Tuhan dalam mengarungi kehidupan dengan empat kemampuan dasar, yaitu rasio, imajinasi, hati nurani, dan sensus numinis. Rasio diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Imajinasi diberikan kepada manusia untuk mengembangkan kemampuan estetika. Hati nurani diberikan kepada manusia untuk mengembangkan kemampuan moralitas. Sensus numinis diberikan kepada manusia untuk mengembangkan kesadaran ilahiah.

Keempat kemampuan dasar tersebut, termuat oleh agama sebagai suatu sistem nilai yang dilegitimasi sebagai fitrah manusia. Keempat kompetensi dasar itu secara bersamaan dapat dipakai untuk menemukan kebenaran tertinggi, yaitu kebenaran tentang teologi. Rasa dan seni juga merupakan salah satu fitrah manusia yang dianugerahkan Tuhan yang harus dipelihara dan diimplemantasikan dengan baik, sesuai dengan ketentuan yang disabdakan oleh agama sendiri, bahwa Tuhan Maha Indah dan mencintai keindahan.

Mencipta dan menikmati karya sastra, dalam berbagai agama memiliki kedudukan tinggi. Menurut Islam, mencipta dan menikmati karya sastra ditempatkan sebagai sesuatu yang sangat diperbolehkan (dianjurkan). Hukum mubah bagi kegiatan mencipta dan menikmati karya seni tersebut masih disertai dengan sejumlah persyaratan. Persyaratan itu merupakan rambu-rambu bagi proses penciptaan dan penikmatan karya seni.

Rambu-rambu bagi proses penciptaan dan penikmatan itu meliputi “Menciptakan dan menikmati karya sastra hukumnya mubah selama tidak mengarah mengakibatkan fasad (kerusakan), dharar (bahaya), isyan (kedurhakaan), dan ba’id ‘anillah (menjauh dari Tuhan).

Fasad (merusak) maksudnya mencipta dan menikmati karya sastra yang berakibat merusak, baik merusak orang yang menciptakanya maupun merusak orang lain bahkan lingkunganya (termasuk di dalamnya merusak aqidah, merusak ibadah, dan merusak hubungan sosial). Darar (bahaya) maksudnya mencipta dan menikmati karya sastra
yang menimbulkan bahaya pada diri orang yang menciptakan maupun pada orang yang menikmatinya. Isyan (kedurhakaan) maksudnya mencipta dan menikmati karya sastra yang mengakibatkan atau mendorong pada pelanggaran-pelanggaran, seperti pelanggaran hukum agama, kedurhakaan kepada Allah, kedurhakaan kepada orang
tua, kedurhakaan suami bagi keluarganya. Bai’id ‘anillah (jauh dari Allah) maksudnya mencipta dan menikmati karya sastra yang menyebabkan jauh dari Allah atau menghalangi pelaksanaan ibadah.

Selain memperhatikan rambu-rambu tersebut, menulis sastra akan lebih komperhensif dan sarat nilai, bila dikorelasikan dengan empat kompetensi dasar fitrah manusia. Sajak rindu bagi Rasul yang ditulis Ahmadun Yosi Herfanda (hal. 23) misalnya, ia mengingatkan kita pada sosok Muhammad sebagai pemimpin ideal, transformatif, dan bervisi kemajuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar